Semangat Baru Mahasiswa Muda Indonesia
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI LAUT
MODUL IV
UJI SENSITIFITAS DAN PENGHITUNGAN JUMBLAH BAKTERI
Disusun oleh :
Yanuar Yogha Pradana
K2D009053
Kelompok 6
Asisten :
Rainer P. P.
K2D007068
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2010
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada ilmu mikrobiologi ini kita mempelajari banyak tentang jasad-jasad renik yg disebut juga dengan microbe atau protista, di mana adanya, cirri-cirinya, kekerabatan antara sesamanya seperti juga dengan kelompok organisme lainnya, peng dan peranannya dalam kesehatan serta kesejahteraan kita. Mikroorganisme sangat erat kaitannya dengan kehidupan kita, beberapa di antaranya bermanfaat dan yang lain merugikan. Banyak di antaranya menjadi penghuni dalam tubuh manusia. Beberapa mikroorganisme menyebabkan penyakit dan yang lain terlibat dalam kegiatan manusia sehari-hari seperti misalnya pembuatan anggur, keju, yogurt, produksi penicillin, serta proses-proses perlakuan yang berkaitan dengan pembuangan limbah. (Jawetz, 1991)
Pada uji sensitivitas bakteri terhadap antibiotic dan penghitungan jumlah mikroba. Maksud dari penggunaan antibiotic pada praktikum ini adalah untuk mengetahui seberapa resisten suatu bakteri terhadap antibiotic. Sedangkan penghitungan mikroba dilakukan untuk mengetahui beberapa proses-proses yang terjadi pada bakteri yang telah d inokulasi. (Gaman, 1992)
Perhitungan jumlah suatu bakteri dapat melalui berbagai macam uji seperti uji kualitatif koliform yang secara lengkap terdiri dari tiga tahap yaitu uji penduga (uji kuantitatif, bisa dengan metode MPN), uji penguat dan uji pelengkap. Waktu, mutu sampel, biaya, tujuan analisis merupakan beberapa faktor penentu dalam uji kualitatif koliform. Bakteri koliform dapat dihitung dengan menggunakan metode cawan petri (metode perhitungan secara tidak langsung yang didasarkan pada anggapan bahwa setiap sel yang dapat hidup akan berkembang menjadi satu koloni yang merupakan suatu indeks bagi jumlah organisme yang dapat hidup yang terdapat pada sampel) seperti yang dilakukan pada percobaan ini. (Gaman, 1992)
1.2 Tujuan
· Praktikan memahami bermacam-macam teknik uji sensitivitas.
· Praktikan mempunyai ketrampilan melakukan uji sensitivitas.
· Praktikan memahami berbagai macam metode perhitungan jumlah mikroba
· Praktikan mempunyai ketrampilan untuk melakukan perhitungan jumlah mikroba dalam suatu contoh bahan menggunakan metode perhitungan secara langsung maupun tidak langsung.
1.3 Manfaat
Setelah melaksanakan praktikum modul ini, maka praktikan dapat melakukan tujuan praktikum dengan baik. Sehingga praktikan telah memperoleh bekal untuk penelitian mereka tentang mikroorganisme. Praktikan dapat mengetahui tingkat resistensi suatu bakteri terhadap antibiotic. Dengan mengetahui tingkat resistensi suatu bakteri terhadap antibiotic, hal ini dapat bermanfaat dalam bidang kesehatan atau kedokteran. Praktikan juga dapat melakukan penghitungan jumlah mikroba yang mana ini adalah nilai positif yang praktikan dapat dari praktikum ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uji Sensitiftas
Sensitifitas menyatakan bahwa uji sentifitas bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas antibakteri. Metode Uji sensitivitas bakteri adalah metode cara bagaimana mengetahui dan mendapatkan produk alam yang berpotensi sebagai bahan anti bakteri serta mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri pada konsentrasi yang rendah. uji sentivitas bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas antibakteri. Seorang ilmuan dari perancis menyatakan bahwa metode difusi agar dari prosedur Kirby-Bauer, sering digunakan untuk mengetahui sensitivitas bakteri. Prinsip dari metode ini adalah penghambatan terhadap pertumbuhan mikroorganisme, yaitu zona hambatan akan terlihat sebagai daerah jernih di sekitar cakram kertas yang mengandung zat antibakteri. Diameter zona hambatan pertumbuhan bakteri menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap zat antibakteri. Selanjutnya dikatakan bahwa semakin lebar diameter zona hambatan yang terbentuk bakteri tersebut semakin sensitif. (Koeswartono, 1982).
Pada umumnya metode yang dipergunakan dalam uji sensitivitas bakteri adalah metode Difusi Agar yaitu dengan cara mengamati daya hambat pertumbuhan mikroorganisme oleh ekstrak yang diketahui dari daerah di sekitar kertas cakram (paper disk) yang tidak ditumbuhi oleh mikroorganisme. Zona hambatan pertumbuhan inilah yang menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap bahan anti bakteri . (Dwidjoseputro, 1998)
Tujuan dari proses uji sensisitivitas ini ialah :
1. Untuk mengetahui obat-obat yang paling cocok (paling poten) untuk kuman penyebab penyakit terutama pada kasus-kasus penyakit yang kronis.
2. Mengetahui adanya resistensi terhadap berbagai macam antibiotik.
Penyebab kuman resisten terhadap antibiotik :
1. Memang kuman tersebut resisten terhadap antibiotik yang diberikan.
2. Akibat pemberian dosis dibawah dosis pengobatan.
3. Akibat penghentian obat sebelum kuman tersebut betul-betul terbunuh oleh antibiotik.
Pada pemeriksaan Sensitivitas dapat dikerjakan antara lain :
a) Dilusi cair / Dilusi Padat Prinsipnya : antibiotik diencerkan hingga diperoleh beberapa konsentrasi. Pada dilusi cair masing-masing konsentrasi obat ditambah suspensi kuman dalam media. Pada Dilusi padat pada tiap konsentrasi obat dicampur dengan media agar lalu ditanami kuman.
b) Difusi Media : Agar Mueller Hinton. Pada metode ini ada beberapa cara :
§ Cara Kirby Bauer
1. Diambil beberapa koloni kuman dari pertumbuhan 24 jam pada agar. Disuspensikan dalam 0,5 ml BHI cair kemudian diinkubasi selama 5-8 jam pada 37 C.
2. Suspensi diatas ditambah aquades steril hingga kekeruhan tertentu sesuai dengan standar konsentrasi kuman 108 CFU per ml.
3. Kapas lidi steril dicelupkan kedalam suspensi kuman, lalu ditekan-tekan pada dinding tabung hingga kapas tidak terlalu basah. Kemudian dioleskan pada permukaan media hingga merata.
4. Diletakkan Disk (cakram kertas saring) yang mengandung antibiotik diatasnya inkubasi 37 C selama 19-24 jam.
Pembacaan Hasil :
§ Zone Radikal : suatu daerah disekitar disk dimana sama sekali tidak diketemukan adanya pertumbuhan bakteri. Potensi antibiotik diukur dengan mengukur diameter ari zone radikal.
§ Zone Irradikal : suatu daerah disekitar disk menunjukkan pertumbuhan bakteri dihambat oleh antibiotik tersebut, tetapi tidak dimatikan. Disini terlihat adanya pertumbuhan yang kurang subur dibandingkan dengan daerah luar pengaruh antibiotik tersebut.
§ Cara Sumuran , b, c sama dengan cara Kirby Bauer.
d. Pada agar tersebut dibuat sumuran dengan garis tengah tertentu sesuai dengan kebutuhan. Kedalam sumuran diteteskan larutan antibiotik yang digunakan, inkubasi 37O C selama 18-24 jam. Pembacaan sama seperti diatas.
§ Cara Pour Plate , b sama dengan cara Kirby Bauer.
c. Dengan menggunakan ose khusus, ambillah satu mata ose dan masukkan dalam 4 ml agar Base 1,5 % yang mempunyai temperatur 50 C.
d. Setelah suspensi kuman dibuat homogen, tuang pada media Mueller Hinton agar.
e. Tunggulah sementara sampai agar membeku, letakkan disk antibiotik.
f. Inkubasi 15-20 jam pada temperatur 37 C.
g. Dibaca sesuai standart masing-masing antibiotik.
Catatan :
- Perbenihan Agar Mueller Hinton tanpa suplemen atau Agar DST Oxoid.
- Untuk Streptococcus / kuman lain yang memerlukan darah dapat ditambahkan 5 % darah kambing, kuda, sapi, atau kelinci tanpa fibrin.
- Ketebalan agar ± 4 mm dipergunakan dalam 4 hari.
- Biakan kuman yang akan diperiksa dibuat dengan menanamkan 5 koloni kuman dalam 4 ml perbenihan cair (mis : TSB).
Faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran diameter zone hambatan :
a) Kekeruhan suspensi bakteri.
- Kurang keruh : diameter zone lebih lebar.
- Lebih keruh : Diameter zone makin sempit sehingga R dilaporkan S atau sebaliknya.
b) Waktu pengeringan / peresapan suspensi bakteri ke dalam MH agar. idak boleh melebihi batas waktu karena dapat mempersempit diameter zone hambatan sehingga jadi R.
c) Temperatur inkubasi
- Pertumbuhan optimal : 35 C bila <> 35O C ada bakteri yang kurang subur pertumbuhannya dan ada obat yang difusinya kurang baik.
d) Waktu inkubasi.
- Waktu : 16 – 18 jam
- Bila Lebih 18 jam maka pertumbuhan lebih sempurna sehingga zone hambat makin sempit.
e) Ketebalan agar
Ketebalan : 4 mm, bila kurang maka difusi obat lebih cepat dan bila lebih maka difusi obat lambat.
f) Jarak antar disk obat
- Jarak cakram : 3 cm dan 2 cm dari pinggir petridish dengan meter 9-10m paling banyak 7 disk obat.
- Petridish dengan diameter 15 cm untuk 9 disk.
g) Potensi disk obat
Tiap jenis obat mempunyai diameter disk yang sama tetapi potensinya berbeda. Yang harus diperhatikan :
- Cara penyimpanan : obat yang labil seperti penisillin dll disimpan pada suhu 4O C.
- ED nya dan setiap disk obat baru diterima harus dicek dengan kontrol strain.
h) Komposisi media
Sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan bakteri, difusi obat, kativitas obat tersebut.
Quality Control :
- Upaya-upaya yang dilakukan untuk menetralisir faktor-faktor yang berpengaruh terhadap diameter zone hambatan.
- Mengecek mutu media, disk obat dengan menggunakan bakteri standard :
Staphylococcus aureus ATCC 25923, E. Coli ATCC 25922, Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853
2.2 Peghitungan Jumlah Mikrobia
a. Metode Hitungan Cawan
Prinsip dalam metode hitungan cawan adalah jika sel jasad renik yang masih hidup situmbuhkan pada medium agar, maka jasad sel renik tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan dihitung dengan mata telanjang.
Metode hitungan cawan merupakan cara yang paling sensitive untuk menentukan jumlah jasad renik karena beberapa hal:
1. hanya sel yang masih hidup yang dapat dihitung,
2. Beberapa jasad renik dapat dihitung sekaligus
3. Dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi jasad renik karena koloni yang terbentuk mungkin berasal dari suatu jasad renik yang mempunyai penampakan pertumbuhan spesifik. (Fardiaz, 1989)
Selain keuntungan-keuntungan tersebut, metode hitungan cawan juga mempunyai kelemahan-kelemahan sebagai berikut :
1. Hasil perhitungan tidak menunjukkan jumlah sel yang sebenarnya, karena beberapa sel yang berdekatan mungkin membentuk suatu koloni
2. Medium dan kondisi inkubasi yang berbeda mungkin menghasilkan nilai yang berbeda
3. Jasad renik yang ditumbuhkan harus dapat tumbuh pada medium padat dan membentuk koloni yang kompak dan jelas, tidak menyebar
4. Memerlukan persiapan dan waktu inkubasi relatif lama sehingga pertumbuhan koloni dapat dihitung. (Fardiaz, 1989)
Dalam metode hitungan cawan, bahan pangan yang diperkirakan mengandung lebih dari 300 sel jasad renik per ml atau per gram atau per cm (jika pengambilan contoh dilakukan pada permukaan), memerlukan perlakuan pengenceran sebelum ditumbuhkan pada medium agar di dalam cawan petri. Setelah inkubasi akan terbentuk koloni pada cawan tersebut dalam jumlah yang dapat dihitung, dimana jumlah yang terbaik adalah diantara 30 – 300 koloni. Pengenceran biasanya dilakukan secara desimal yaitu ; 1:10, 1:100, 1:1000 dan seterusnya, atau 1:100, 1:10 000, 1:1000 000 dan seterusnya. Larutan yang dibuat untuk pengenceran dapat berupa larutan buffer fosfat, 0,85% NaCl, atau larutan Ringer.cara pemupukan dalam metode hitungan cawan dapat dibedakan atas dua cara yaitu metode tuang (pour plate) dan metode permukaan (surface/spread plate), sejumlah contoh (1ml atau 0,1 ml) dari pengenceran yang dikehendaki dimasukkan kedalam cawan petri, kemudian ditambah agar cair steril yang telah didinginkan (47-50o C) sebanyak 15-20 ml dan digoyangkan supaya contoh menyebar rata. Pada pemupukan dengan metode permukaan, terlebih dahulu dibuat agar cawan kemudian sebanyak 0,1 ml contoh yang telah diencerkan dipipet pada permukaan agar tersebu, dan diratakan dengan batang gelas melengkung yang steril. (Fardiaz, 1989)
b. Metode MPN (Most Probable Number)
Pada metode ini digunakan medium cair dalam tabung reaksi, dimana perhitungan dilakukan berdasarkan jumlah tabung yang positif yaitu yang ditumbuhi oleh jasad renik setelah inkubasi pada suhu dan waktu tertentu. Pengamatan tabung yang positif dapat dilihat dengan mengamati timbulnya kekeruhan, atau terbentuknya gas didalam tabung kecil (tabung Durham) yang diletakkan pada posisi terbalik, yaitu untuk jasad renik pembentuk gas. Untuk setiap pengenceran pada umumnya digunakan tiga atau lima seri tabung. Lebih banyak tabung yang digunakan menunjukkan ketelitian yang lebih tinggi, tetapi alat gelas yang digunakan juga lebih banyak. (Fardiaz, 1989)
Dalam metode MPN, pengenceran harus dilakukan lebih tinggi dari pada pengenceran dalam hitungan cawan, sehingga beberapa tabung berisi medium cair yang diinokulasikan dengan larutan hasil pengenceran tersebut mengandung lebih dari satu sel, sedangkan tabung lainnya tidak mengandung sel . (Fardiaz, 1989)
Metode MPN biasanya digunakan untuk menghitung jumlah jasad renik didalam contoh yang berbentuk cair. Meskipun dapat pula digunakan untuk contoh berbentuk padatan dengan terlebih dahulu membuat suspensi 1:10 dari contoh tersebut. Dari setiap pengenceran dimasukkan 1ml masing-masing kedalam tabung yang berisi medium, dimana untuk setiap pengenceran digunakan tiga seri tabung atau lima seri tabung. Setelah inkubasi pada suhu dan waktu tertentu, dihitung jumlah tabung yang positif, misalkan pada pengenceran yang pertama ketiga tabung positif dan pada pengenceran yang kedua terdapat dua tabung yang positif, pada pengenceran yang ketiga didapatkan 1 tabung yang positif dan padapengenceran yang ke empat tidak didapatkan tabung yang positif, maka kombinasinyamenjadi 3,2,1,0 dan jika diambil tiga pengenceran yang pertama kombinasinya menjadi 3,2,1 Angka kombinasi ini kemudian dicocokkan dengan table MPN dan nilai MPN dapat dihitung dengan rumus:
1
MPN contoh = Nilai MPN tabel X Pengenceran tabung tengah
Tabel yang digunakan untuk menentukan nilai MPN dari tiga seri tabung berbeda dengan tabel lima seri tabung. Kombinasi yang dipilih mulai dari pengenceran tertinggi yagn masih menghasilkan semua tabung positif, sedangakan pada pengenceran yang berikutnya ada tabung yang negatif. Kombinasi yang diambil terdiri dari tiga pengenceran. Jika pada pengenceran yang keempat atau seterusnya masih diketemukan tabung yang hasilnya positif, maka jumlah tabung yang positif tersebut harus ditambahkan pada angka kombinasi yang ketiga sampai mencapai jumlah maksimum. (Fardiaz, 1989)
sentivitas bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas antibakteri. Lay (1994) menyatakan bahwa metode difusi agar dari prosedur Kirby-Bauer, sering digunakan untuk mengetahui sensitivitas bakteri. Prinsip dari metode ini adalah penghambatan terhadap pertumbuhan mikroorganisme, yaitu zona hambatan akan terlihat sebagai daerah jernih di sekitar cakram kertas yang mengandung zat antibakteri. Diameter zona hambatan pertumbuhan bakteri menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap zat antibakteri (Koeswartono, 1982). Selanjutnya dikatakan bahwa semakin lebar diameter zona hambatan yang terbentuk bakteri tersebut semakin sensitif.
BAB III
MATERI METODA
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
3.1.1 Waktu
Jam : Pukul 15.30 WIB - selesai
Hari : Selasa
Tanggal :30 November 2010
3.1.2 Tempat
Laboratorium Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Semarang
3.2 Alat dan bahan
3.2.1 Alat
No . | Nama Alat | Kegunaan |
1. | Mikropipet | Pengambilan media cair yang berukuran mikro/ sedikit sekali |
2. | Speader | Membantu dalam penanaman kultur bakteri |
3. | Cawan petri | Pembiakan kultur bakteri |
4. | Mikroskop | Pengamatan bakteri |
5. | Tabung reaksi | pembiakan kultur |
6. | Spatula | Untuk meratakan marine yeast |
7. | Bunsen | menciptakan daerah sterill |
8. | Jarum Ose | Untuk mengambil bakteri di dalam cawan petri. |
3.2.2 Bahan
No. | Nama Bahan | Kegunaan |
1. | Bakteri Laut | Sebagai bahan untuk pengamatan. |
2. | Air Laut Steril | Sebagai pengganti aquades untuk bakteri dari laut. |
3. | Marine Yeast | Sebagai bahan untuk pengamatan. |
4. | Marine Fungi | Sebagai bahan untuk pengamatan. |
5. | Larutan Mehilen blue | Untuk member warna pada sampel bakteri. |
3.3 Cara Kerja
3.3.1. Cara Kerja Uji Sensitivitas Bakteri
a. Siapkan amoxillin dengan berbagai konsentrasi (25 mikron, 50 mikron, dan 100 mikron)
b. Ambil media zobell pada cawan, lalu tanam dengan bakteri tersebut sebanyak 75 mikro liter
c. Lalu ratakan dengan teknik spread dengan menggunakan L-glasses
d. Diamkan sejenak agar meresap
e. Ambil amoxillin 25 mikron sebanyak 30 mikro liter, lalu tetesi ke atas paper disk
f. Lakukan dengan amoxillin berikutnya
g. Masukan ketiga paper disk ke dalam cawan yang sudah ditanam secara aseptis
h. Beri label dan siap di inkubasi
3.3.2. Cara Kerja Perhitungan Bakteri
a. Siapkan 9 tabung reaksi, dengan tabung I berisi bakteri 5 ml dan tabung II sampai tabung IX berisi media zobell 4,5 ml
b. Ambil 0,5 ml tiap tabung mulai dari tabung I lalu masukan ke tabung II dan seterusnya
c. Ketika proses pemasukan 0,5 ml ke masing-masing tabung diharapkan mikropipet di tekan-tekan berulang kali, agar larutan dapat homogen
d. Spread tabung II sampai tabung IX untuk langkah selanjutnya
e. Inkubasi dengan terbalik
f. Hitung koloni bakteri pada hari pertama dan kedua
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1 Uji Sensitivitas Bakteri Hari Pertama
Gambar.1 hasil uji sensitifitas bakteri hari pertama
Pengukuran zona hambat hari pertama
Konsentrasi amoxillin | Diagonal | Horizontal | Vertikal | Rata-rata |
25 | 0,941 – 0,89 = 0,51 | 0,881 – 0,89 = 0,89 | 0,925 – 0,89 = 0,035 | 0,025 |
50 | 0,942 – 0,89 = 0,052 | 0,982 – 0,89 = 0,092 | 0,943 – 0,89 = 0,053 | 0,221 |
100 | 0,573 – 0,89 = 0,37 | 0,473 – 0,89 = -0,453 | 0,563 – 0,89 = -0,327 | 0,272 |
NB : Diameter paper disk = 0,89 cm
4.1.2 Uji Sensitivitas Bakteri Hari Kedua
Gambar.2 hasil uji sensitifitas bakteri hari kedua
Pengukuran zona hambat hari kedua
Konsentrasi amoxillin | Diagonal | Horizontal | Vertikal | Rata-rata |
25 | 1,2 – 0,89 = 0,31 | 1,1 – 0,89 = 0,21 | 1,3 – 0,89 = 0,98 | 0,31 |
50 | 1,3 – 0,89 = 0,41 | 1,4 – 0,89 = 0,51 | 1,6 – 0,89 = 0,35 | 0,543 |
100 | 1,1 – 0,89 = 0,21 | 1 – 0,89 = 0,11 | 1,2 – 0,89 = 0,31 | 0,21 |
NB : Diameter paper disk = 0,89 cm
4.1.3 Perhitungan Bakteri 10-1
Gambar.3 hasil perhitungan bakteri hari pertama
Jumlah koloni bakteri 10-1 = 218
Gambar.4 hasil perhitungan bakteri hari kedua
Jumlah koloni bakteri 10-1 = 241
4.1.4 Data Koloni Preparat
Preparat | Koloni Hari Pertama | Koloni Hari ke Dua |
- 1 | 218 | 341 |
- 3 | 315 | 483 |
- 5 | 217 | 321 |
- 7 | 176 | 203 |
- 9 | 98 | 156 |
4.1.5 Kadar Zona Hambat
Zona Hambat | Hari Pertama | Hari Kedua |
Kadar 25 | 0,6 CM | 0,8 CM |
Kadar 50 | 0,8 CM | 0,9 CM |
Kadar 100 | 1 CM | 1,3 CM |
4.1.6 Perhitungan Mikroba Koloni Preparat
Preparat | Jumblah Mikroba H+1 | Jumblah Mikroba H+2 |
10-1 | 3 | 3 |
10-3 | 3 | 3 |
10-5 | 16 | 16 |
10-6 | 37 | 273 |
10-7 | 14 | 14 |
4.2. Pembahasan
4.2.1. Uji Sensitivitas
Dapat dilihat pertumbuhan bakteri belum begitu nampak pada pengamatan hari pertama. Dibanding dengan hari kedua, pertumbuhannya mikroba lebih nampak dan jumlah koloninya lebih banyak dibanding hari sebelumnya. Pada hari pertama, ukuran rata-rata zona hambat yang diperoleh dari diameter seluruhnya dikurangai dengan diameter paper disk, diperoleh hasil yang berbeda-beda dengan paper disk yang telah ditetesi dengan konsentrasi amoxillin yang masing-masing 25, 50 dan 100 mikron. Semakin besar konsentrasi amoxillin yang diberikan maka ukuran zona hambatnya semakin besar juga dan sebaliknya. Zona hambat adalah zona dimana menunjukan aktif dan resisten tidaknya suatu bakteri terhadap suatu senyawa atau zat. Dimana zona hambat merupakan senyawa metabolisme skunder yang dikeluarkan oleh bakteri untuk bertahan hidup. Berdasarkan hasil pengamatan semakin tinggi konsentrasi larutan amoxilin, semakin besar zona hambat yang terbentuk, sedangkan semakin kecil konsentrasi amoxillin, maka semakin kecil atau bahkan tidak ada zona hambat yang terbentuk. Diasumsikan bahwa pada konsentrasi yang terbentuk zona hambat bakterinya telah mati, dan pada konsentrasi yang tidak terbentuk zona hambat bakterinya tidak mati. Hal ini menunjukan bahwa bakteri sedang melawan larutan amoxillin untuk bertahan hidup, hal ini dilakukan dengan cara mengeluarkan senyawa metabolisme skunder bakteri tersebut. Semakin besar konsentrasi larutan amoxillin, zona yang terkena pengaruh dari larutan ini semakin kuat dan metabolisme skunder yang dikeluarkan pun semakin banyak yang menyebabkan pada konsentrasi 100 mikron atau konsentrasi tertinggilah zona hambat terbentuk lebih besar. Untuk uji sensitivitas hari kedua, rata-rata besar ukuran zona hambat semakin lebar, hal ini berarti bakteri lebih banyak menghasilkan metabolit sekunder lebih banyak dibanding pada hari pertama.
Ada atau terbentuk dan tidaknya zona hambat menunjukan kultur bakteri resisten atau tidak terhadap larutan amoxillin. Apabila zona hambat terbentuk maka bakteri tidak resisten terhadap larutan amoxillin dan bakteri tersebut tidak aktif. Dan apabila bakteri tidak membentuk zona hambat berarti bakteri resisten terhadap larutan amoxillin. Pada konsentrasi yang zona hambatnya belum terbentuk secara penuh (bening) menunjukan bahwa bakteri sedang melawan konsentrasi larutan amoxillin yang masuk. Dalam masa inkubasi yang lebih lama, dapat terjadi perubahan dalam kondisi tersebut, yaitu bisa menunjukan terbentuknya zona hambat secara penuh, atau tidak terbentuknya zona hambat dan namun pada umumnya bekas zona hambat terlihat. Hal tersebut tergantung dengan daya tahan bakteri terhadap larutan amoxillin.
4.2.2. Perhitungan Bakteri
cawan petri yang telah di sediakan untuk penanaman mikrobia laut dengan pengenceran air laut yang tinggi, jumlah bakteri yang ada berjumlah lebih sedikit sedangkan pada pengeneran yang rendah jumlah bakteri lebih melimpah. Hal ini dikarenakan pengenceran yang dilakukan menyebabkan pengurangan jumlah bakteri. Pada pengenceran dengan perbandingan yang lebih kecil koloni bakteri yang terbentuk lebih banyak dari pada dengan pengenceran yang lebih besar. Hal ini berarti semakin besar perbandingan pengenceran semakin sedikit bakteri yang tumbuh, dan semakin sedikit perbandingan pengenceran semakin banyak bakteri yang tumbuh. Menurut aplikasinya, yaitu bakteri pada pengenceran konsentrasi 10-2 sampai dengan tabung konsentrasi 10-9 semakin menuju ke tabung dengan konsentrasi 10-9 makakelimpahan bakterinya semakin sedikit. Pada tabung reaksi yang larutannya keruh menunjukan bahwa ada bakteri yang hidup di sana. Dan pada tabung reaksi yang bening diasumsikan tidak ada bakteri yang hidup di sana atau ada namun jumlahnya amat sedikit. Hal ini berarti semakin banyak perbandingan pengenceran yang dilakukan, bakteri yang tumbuh semakin sedikit dan semakin sedikit perbandingan pengenceran yang dilakukan, maka semakin banyak bakteri yang tumbuh. Pada perhitungan hari kedua, koloni bakteri pada cawan dengan konsentrasi 10-9 menunjukan pertambahan koloni bakteri tersebut. Hal ini dikarenakan adanya proses inokulasi terhadap media agar yang ada di dalam cawan.
BAB V
PENUTUP
Dari serangkaian acara praktikum ini yang telah melewati beberapa proses, maka dapat di tarik kesimpulan, Yaitu
4.1 Kesimpulan
5.1.1. Zona hambat adalah zona dimana menunjukan aktif dan resisten tidaknya suatu bakteri terhadap suatu senyawa atau zat. Dimana zona hambat merupakan senyawa metabolisme skunder yang dikeluarkan oleh bakteri untuk bertahan hidup.
5.1.2. Semakin tinggi konsentrasi larutan amoxillin, semakin besar zona hambat yang terbentuk, sedangkan semakin kecil konsentrasi larutan amoxillin, maka semakin kecil atau bahkan tidak ada zona hambat yang terbentuk.
5.1.3. Semakin rendah konsentrasi pengenceran, maka bakteri yang ada lebih sedikit dibanding dengan pengenceran yang masih berkonsentrasi tinggi.
4.2 Saran
Penentuan jadwal perhitungan bakteri pada hari kedua dimohon lebih pasti, dan diumumkan secara formal, sehingga praktikan dapat mengatur jadwalnya sehingga tidak bertabrakan dengan jadwal lainnya.Pada setiap kelompok per satu shift seharusnya dapat membagi data penghitungan jumblah
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, D., Prof.,Dr. 1987. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan
Fardiaz, S. 1989. Mikrobiologi Pangan, Depdikbud Dikti Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB. Bogor : IPB - Press
Gaman, P. M., dan Sherrington, K. B. 1992. Ilmu Pangan : Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi, dan Mikrobiologi, Edisi Kedua. Yogyakarta : UGM - Press
Jawetz, G., Melnick, J. L., dan Adelberg, E. A. 1991. Mikrobiologi untuk Profesi Kesehatan. Jakarta : EGC
Volk, W. A., dan Wheeler, M. F. 1993. Mikrobiologi Dasar Jilid 1, Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga